Sabtu, 19 Februari 2011

Belajar Online


Belajar Secara Online, Mungkin atau Mustahil ?

Kalau mendengar kata belajar, pastilah identik dengan buku-buku yang bertumpuk dan ruang kelas yang besar.   Dari tahun ke tahun, keadaan ini begitu membumi di dunia.  Kebiasaan belajar ini telah menjadi sesuatu yang dianggap paling sakti dalam proses membelajarkan siswa.
Jika kita melihat Web Learning yang dimiliki oleh ITB atau yang dimiliki oleh perguruan tinggi lainnya, dapat kita berpendapat bahwa pembelajaran tanpa kelas pun memungkinkan.  Sedangkan apakah pembelajaran ini cocok untuk siswa sekolah atau tidak, tentunya membutuhkan survey terlebih dahulu.
Sekedar wacana, hanya sekedar wacana
Sebagai tenaga pendidik, saya selalu terpikir untuk adanya sekolah yang menyelenggarakan kelas virtual. Perlu saya tekankan, kelas virtual ini akan mengandalkan internet sebagai media belajar dengan Web Learning sebagai alatnya.
Pembelajaran dilakukan dengan porsi 50 % tatap muka, sedangkan 50% lainnya dilakukan dengan kelas online.  50 % tatap muka tersebut bisa digunakan untuk mengasah kemampuan siswa dalam aspek afektif dan psikomotorik, sedangkan 50% lainnya digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek kognitif.
Pertimbangan
Pertimbangannya adalah untuk situasi sekarang yang sudah didukung dengan koneksi internet, pembelajaran yang dilakukan bukan mustahil dilakukan dengan jarak jauh.  Tentunya ada hal-hal lainnya yang harus dipertimbangkan.
Dukungan CMS untuk dunia pendidikan sudah dirancang mendekati sempurna.  Sebagai contoh adalah ATutor, Dokeos, Interact, Moodle, dan Site@School. Software favorit untuk e-learning adalah Moodle.  Dengan CMS tersebut, tahap-tahap  seperti belajar, penugasan bahkan ujian dapat dilakukan secara online tanpa harus melakukan tatap muka di kelas.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
  • Kemampuan serta fasilitas internet yang belum merata bagi siswa bahkan guru
  • Aspek lain dalam pembelajaran seperti aspek afektif dan psikomotorik sulit diukur
  • Guru-guru akan kekurangan jam mengajar yang akan berimplikasi pada gaji bagi guru yang telah tersertifikasi
  • Kebudayaan sekolah yang masih menganggap bahwa belajar dikelas adalah cara belajar yang wajib
Kendala yang paling berat jika hal ini terwujud adalah kemungkinan pengurangan jam mengajar bagi guru.  Pengurangan jam ini otomatis tidak disukai oleh pemerintah yang mengharuskan 24 jam tatap muka bagi guru di kelas.  Jika tidak, siap-siaplah guru untuk tidak mendapatkan tunjangan profesinya.  Suatu hal yang sangat menggelitik….



Tidak ada komentar:

Posting Komentar